Pengamen Anak: Potret Bentuk Kemiskinan Anak di Kawasan Terminal Depok Baru
- Pras
- Jan 14, 2019
- 7 min read
Updated: Jan 24, 2019
Latar Belakang
Pertumbuhan penduduk di Kota Depok mengalami peningkatan setiap tahunnya. Dinas Kependudukan dan Sipil Kota Depok mencatat jumlah penduduk kota Depok tahun 2016-2017 semester I terdapat 1.809.120 penduduk dan pada tahun 2018 semester I terdapat 1.838.671. Tercatat dari Januari hingga September meningkat sebanyak 29.551 atau sekitar 2 %. Hal ini didominasi oleh para pendatang baru yang dari luar Depok sisanya kelahiran. Akan tetapi, seiring bertambahnya jumlah penduduk, diikuti pula dengan meningkatnya angka kemiskinan. Total penduduk miskin di Kota Depok pada tahun 2017 berjumlah 52.340 jiwa. Dari jumlah penduduk miskin yang ada, sebagian berasal dari kalangan anak-anak.
Kemiskinan yang terjadi pada anak didasarkan kepada kenyataan bahwa kemiskinan adalah kondisi dimana seseorang atau sekelompok orang tidak mampu memenuhi hak-hak kebutuhan dasarnya untuk mempertahankan dan mengembangkan kehidupannya (Bappenas, 2004). Perubahan nilai konsumsi rumah tangga juga mengindikasikan perubahan pendapatan yang akan memberikan dampak pada perubahan struktur jenis barang atau jasa yang dikonsumsi. Rumah tangga dengan proporsi pengeluaran yang lebih besar untuk konsumsi makanan mengindikasikan rumah tangga yang berpenghasilan rendah. Makin tinggi tingkat penghasilan rumah tangga, makin kecil proporsi pengeluaran untuk makanan terhadap seluruh pengeluaran rumah tangga (Rahman, 2001).
Perubahan nilai konsumsi ataupun struktur jenis barang dan jasa yang dikonsumsi oleh suatu rumah tangga akan memberikan dampak pada kondisi dan perkembangan anak-anak. Selain itu, perubahan pendapatan rumah tangga juga dapat menjadi tolak ukur tingkat kesejahteraan suatu rumah tangga. Jika seseorang (kepala rumah tangga) berpendapatan tinggi maka daya beli juga tinggi, yang tidak menutup kemungkinan kebutuhan yang lain juga akan terpenuhi sehingga kesejahteraannya juga meningkat. Meningkatnya kesejahteraan kepala rumah tangga diasumsikan akan diikuti kesejahteraan anggota keluarga termasuk anak. Penelitian Gunn dan Duncan (2011) menyatakan bahwa anak yang hidup dalam kemiskinan yang ekstrim untuk beberapa tahun terutama pada masa pra sekolah dan pendidikan dasar akan memiliki taraf yang lebih rendah dalam menyelesaikan pendidikan dan mengalami kemiskinan pada masa selanjutnya. Sehingga, intervensi pada anak merupakan hal terpenting dalam mengurangi dampak kemiskinan terhadap anak.
Kelompok usia anak merupakan kelompok yang paling rentan jika dibandingkan dengan kelompok usia lainnya. Ahli ekonomi, Hugh Waddington menyebutkan bahwa perkembangan fisik, mental dan sosial seseorang terjadi pada masa kanak-kanak. Namun, mereka belum mampu memenuhi kebutuhan dasar mereka secara mandiri. Ketika pertumbuhan seseorang di fase usia anak tidak optimal, akan berdampak negatif terhadap kemampuannya saat dewasa. Berbagai macam tuntutan kebutuhan dasar untuk hidup dapat menjadi faktor utama banyaknya pengamen anak. Salah satu kawasan yang mudah dijumpai pengamen anak berada di Kawasan Terminal Depok Baru yang menjadi salah satu bentuk potret kemiskinan yang terjadi pada anak di Kota Depok, mulai dari anak yang bersekolah di SD, SMP, dan SMA yang sudah menjadi pengamen selama bertahun-tahun.
Kawasan Terminal Depok Baru merupakan kawasan terpadu dan strategis, di mana kawasan ini terdapat Terminal bus antar kota hingga angkot, Pasar Kemiri Muka, Lapak PKL (Pedagang Kaki Lima) dan Stasiun Depok Baru yang berlokasi di Kecamatan Pancoran Mas, Depok Jawa Barat. Sejumlah alasan banyak anak yang mengamen di kawasan Terminal Depok Baru disebabkan karena lokasi yang strategis, mudah dijangkau, berada di pusat keramaian, dan tidak terlalu jauh dari rumah. Menjadi pengamen bukanlah sebuah pilihan hidup mereka, melainkan sebuah tuntutan hidup. Keberadaan pengamen anak setiap persimpangan jalan stasiun, terminal adalah fenomena, gejala tentang gambaran nyata kondisi kemiskinan suatu daerah. Penanganan anak jalanan (pengamen anak) perlu dilakukan secara profesional, karena jika tidak, akan berpotensi “lost generation”.
Kemiskinan Anak
Menurut Badan Pusat Statistika (2012), rumah tangga adalah seseorang atau sekelompok orang yang biasanya tinggal bersama dalam suatu bangunan serta pengelolaan makan dari satu dapur. Satu rumah tangga dapat terdiri dari hanya satu anggota rumah tangga atau lebih. Kepala Rumah Tangga adalah seorang dari sekelompok anggota rumah tangga yang bertanggung jawab atas kebutuhan sehari-hari, atau yang dianggap/ditunjuk sebagai kepala. Anggota rumah tangga adalah semua orang yang biasanya bertempat tinggal di suatu rumah tangga, termasuk anak. Perubahan nilai konsumsi rumah tangga mengindikasikan perubahan pendapatan yang akan memberikan dampak pada perubahan struktur jenis barang atau jasa yang dikonsumsi.
Rumah tangga dengan proporsi pengeluaran yang lebih besar untuk konsumsi makanan mengindikasikan rumah tangga yang berpenghasilan rendah. Makin tinggi tingkat penghasilan rumah tangga, makin kecil proporsi pengeluaran untuk makanan terhadap seluruh pengeluaran rumah tangga (Rahman, 2001). Perubahan nilai konsumsi ataupun struktur jenis barang dan jasa yang dikonsumsi oleh suatu rumah tangga akan memberikan dampak pada kondisi dan perkembangan anak-anak. Selain itu, perubahan pendapatan rumah tangga juga dapat menjadi tolak ukur tingkat kesejahteraan suatu rumah tangga. Jika seseorang (kepala rumah tangga) berpendapatan tinggi maka daya beli juga tinggi, yang tidak menutup kemungkinan kebutuhan yang lain juga akan terpenuhi sehingga kesejahteraannya juga meningkat.
UU No. 23 tahun 2002 menyatakan anak adalah tunas, potensi, dan generasi muda penerus cita-cita bangsa yang memiliki peran strategis dan mempunyai ciri dan sifat khusus yang menjamin kelangsungan eksistensi bangsa dan negara pada masa depan. Anak adalah bagian dari keluarga yang merupakan institusi pertama dan utama dalam pengembangan sumber daya manusia. Keluarga merupakan bagian masyarakat yang fundamental bagi kehidupan pembentukan kepribadian anak manusia baik secara fisik ataupun psikologi (Syarief Muhidin, 1981). Dengan perkataan lain, di dalam keluarga, seorang anak dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhannya, baik kebutuhan fisik, psikis, maupun sosial, sehingga mereka dapat tumbuh dan berkembang dengan baik. Dampak kemiskinan pada rumah tangga akan menghantam semua anggotanya, dan akan menimbulkan dampak hebat pada anak. Hal ini disebabkan karena anak memiliki ketidakmampuan untuk bertahan terhadap efek buruk kemiskinan rumah tangga. UNICEF (2005) menyatakan kemiskinan yang dialami anak-anak menimbulkan kerusakan mental, fisik, emosional dan spiritual dalam perkembangan mereka.
Kesimpulan
Anak sebagai bagian dari masyarakat merupakan elemen yang paling rentan dan tidak berdaya dalam menghadapi kemiskinan. Dengan kondisi sosial dan psikologis yang masih bergantung dengan orang tua, segala hak yang seharusnya terpenuhi oleh anak menjadi tergantung pada orang tuanya. Dalam menghadapi kondisi kemiskinan tersebut, anak-anak tidak bisa berbuat apa-apa selain pasrah dengan keputusan yang diberikan oleh orang tuanya. Kondisi keluarga yang tidak bisa memenuhi hak anak juga menyebabkan orang tua tidak bisa memenuhi hak-hak anaknya dengan baik. Bahkan untuk membantu perekonomian keluarga, anak terpaksa untuk membantu peran orang tua sebagai pencari nafkah, hal tersebut memperlihatkan bahwa selain tidak terpenuhinya hak-hak anak, mereka juga harus menanggung beban yang seharusnya belum merupakan kewajibannya.
Semua elemen masyarakat menginginkan kesejahteraan hidup dan memiliki kemakmuran ekonomi. Fenomena kemiskinan telah ada sejak dulu sampai saat ini. kemiskinan umumnya diukur dari besarnya pendapatan yang diperoleh. Kondisi ini bukan berarti bahwa kemiskinan tidak menjadi masalah yang serius, karena sebesar apapun jumlah kemiskinan yang ada harus tetap diusahakan untuk diatasi dan ditanggulangi. Pertumbuhan ekonomi yang berkualitas dan terarah yang dimaksudkan adalah pertumbuhan yang merata dan dapat “menyentuh” penduduk miskin. Dalam rangka program pengentasan kemiskinan perlu terus dirancang berbagai program pembinaan sumberdaya manusia dan sekaligus memperbaiki tingkat kesejahteraannya guna dan lebih memeratakan akses seluruh masyarakat terhadap proses pembangunan dan hasil-hasilnya. Selain itu perlu adanya perhatian khusus terhadap kelompok masyarakat miskin yang relatif tertinggal dan belum beruntung dibandingkan dengan kelompok lainnya.
Kemajuan suatu negara di masa depan sangat bergantung pada generasi muda saat ini. Peribahasa “siapa yang menanam, dia yang akan menuai” mengingatkan tanggung jawab kita untuk menyiapkan generasi penerus bangsa mulai dari saat ini. Karena itu, semua pemangku kepentingan di negara ini harus menyadari peran dan tanggung jawabnya untuk bersama-sama bekerja dan memastikan bahwa anak-anak kita mendapatkan kehidupan yang layak sehingga mereka dapat bertumbuh kembang secara optimal.
Saran
Kondisi kemiskinan yang terjadi pada anak cukup memprihatinkan dan membutuhkan usaha lebih keras dari terkhusus pemerintah dan masyarakat dalam memperbaiki kehidupan generasi penerus bangsa ini. Kesejahteraan anak tidak dapat lagi hanya dilihat dari perspektif kemiskinan moneter yang selama ini menyamaratakan kesejahteraan individual tanpa mempertimbangkan fase-fase kehidupan yang berpengaruh terhadap kebutuhan hidup masing-masing individual tersebut.
Saran bagi Pemerintah:
Perlu adanya perhatian khusus terhadap kelompok masyarakat miskin yang relatif tertinggal dan belum beruntung dibandingkan dengan kelompok lainnya.
Menggencarkan program perlindungan sosial seperti PKH (Program Keluarga Harapan) agar lebih efektif menekan angka kemiskinan di Kota Depok
Memperluas program padat karya yang ditujukan bagi masyarakat kurang mampu yang bersifat partisipatif dan kegiatan yang produktif berbasis pemberdayaan masyarakat.
Memaksimalkan program kemiskinan yang bersentuhan langsung dengan pengentasan kemiskinan anak diantaranya adalah Bantuan Siswa Miskin (BSM)/Program Indonesia Pintar (PIP), Bantuan Operasional Sekolah (BOS), dan Asistensi Sosial Anak. Kegagalan dalam memberikan pelayanan yang maksimal kepada anak serta memutus rantai kemiskinan yang selalu diwariskan dari masa ke masa adalah salah satu kegagalan program pemerintah, oleh karena itu semua elemen harus bersatu padu mewujudkan itu, meski dengan peran seminimal mungkin.
Bekerjasama dengan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) sekitar Stasiun Depok Baru, pemerintah melaksanakan pengawalan isu kemiskinan anak yang terjadi di Stasiun Depok baru, membuat masyarakat lebih “sadar” akan adanya isu kemiskinan anak yang terjadi di sekitar mereka. Dengan pengawalan isu dan pembangunan kesadaran tersebut, diharapkan akan ada timbal balik berupa semakin banyak masyarakat yang peduli dengan anak-anak sekitar lokasi tersebut, dan mau untuk merubah keadaan kemiskinan yang telah terjadi.
Saran bagi Masyarakat :
Dalam realita setiap pelaksanaan proyek-proyek pembangunan terdapat dua aktor utama, yakni birokrasi dan kelompok sasaran itu sendiri. Oleh karena itu, di dalam pembicaraan tentang program pengentasan kemiskinan pun tidak mungkin diabaikan peranan yang diemban oleh kedua “aktor” tersebut. Anak-anak belum dapat secara mandiri memenuhi kebutuhannya dan sangat bergantung pada lingkungan sekitarnya. Karena itu, masyarakat termasuk orang tua, guru, dan sebagainya pun memiliki tanggung jawab yang tidak kalah besar dalam meningkatkan kualitas kehidupan anak.
Ikut terlibat dan berpartisipasi aktif dalam program pengentasan kemiskinan yang dibuat pemerintah, seperti mengikuti program PKH bagi masyarakat golongan RTSM (Rumah Tangga Sangat Miskin) yang di dalamnya terdapat bantuan Jaminan Kesehatan, Bantuan Pendidikan Siswa Miskin, dan Beras Rumah Tangga Miskin. Siswa dari Rumah Tangga Peserta PKH mendapatkan program Bantuan Siswa Miskin (BSM), hal ini telah dicantumkan dalam Pedoman Umum BSM Kemendikbud dan Kemenag. Dengan adanya PKH masyarakat bisa semakin berkembang dan berbagai kegiatan pemberdayaan yang tentunya bermanfaat.
Mengubah pola pikir dalam mendidik anak bahwa pendidikan adalah prioritas daripada bekerja bagi anak, karena pendidikan merupakan hal penting yang akan menjadi investasi/modal bagi kehidupan anak untuk yang akan datang.
DAFTAR PUSTAKA
Suyanto, bagong (2001). “Kemiskinan dan Pemberdayaan Masyarakat” diakses melalui http://www.journal.unair.ac.id/filerPDF/_3_%20Bagong.pdf
Definisi kemiskinan diakses melalui http://e-journal.uajy.ac.id/1756/3/2EP15294.pdf
Itang (2017).“Faktor-faktor Penyebab Kemiskinan” diakses melalui http://jurnal.uinbanten.ac.id/index.php/tazkiya/article/view/206
S. Abdi, dkk., “Potret Pemenuhan Hak Atas Pendidikan dan Perumahan di Era Otonomi Daerah”, PusHAM UII, Yogyakarta, 2009, hlm.26
Suryawati, Chriswardani. 2005 “Memahami Kemiskinan secara Multidimensional”, Semarang Jawa Tengah
Riyadi, hadi, dkk. 2006 “Studi Tentang Status Gizi Pada Rumah Tangga Miskin dan Tidak Miskin” Badan Pusat Statistik [BPS]. 2011. Publikasi Survey Sosial Ekonomi Nasional 2012. BPS. Jakarta.
Pamela E. Davis-Kean. 2005. The Influence of Parent Education and Family Income on ChildAchievement: The Indirect Role of Parental Expectations and the Home Environment. Journal of Family Psychology, 19, 294–304.
Comments